Ramah Alamku Indah Negriku Kebumen

0 komentar


OLEH: FATMAWATI
M
elihat dan mengamati lingkungan kota kebumen selama kurang lebih tiga tahun, memberikan kesan tersendiri. Dari banyak hal yang telah saya amati mulai dari pesisir pantai sampai puncak gunung yang telah saya kunjungi dapat kita temukan berbagai hal terkait keramahan lingkungan dari yang terkecil sampai yang besar, dari pesisir pantai sudah dapat kita lihat betapa indah anugrah yang diberikan tuhan didaerah kebumen ini.

Indahnya hamparan pasir dan gemuruh ombak dipantai serta birunya air laut semakin membuat takjub. satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari pandangan mata, bahwasannya banyak kita jumpai tumpukan sampah yang menggunung bahkan mengapung di laut, semua itu tidak terlepas dari peran manusia yang ada di lingkungan sekitar.
Sampah yang berserakan sebenarnya dapat kita manfaatkan dengan baik jika kita dapat mengelola dengan seksama, menjadi pupuk maupun barang kerajinan lainnya. Namun pengolahan sampah didaerah pantai perlu adanya penyuluhan yang terorganisir dengan baik ,dimana harus ada pemisahan antara sampah basah dan kering. Selain pemisahan sampah perlu juga adanya kegiatan bersih pantai tiap berapa minggu sekali, sehingga lingkungan pantai menjadi nyaman untuk kita pandang dan kita nikmati.
Semua itu akan menjadikan ramah lingkungan, jika masing-masing individu mempunyai kesadaran terkait bagaimana merawat lingkungan yang baik. maka lingkungan pun akan memberikan timbal balik yang menguntungkan manusia itu sendiri. Dari pesisir pantai berlanjut kedaerah pusat pemerintahan tepatnya dialun-alun kota Kebumen. Disini dapat kita lihat betapa didaerah ini selalu ramai oleh banyak penjual maupun orang-orang yang berlalu lalang.
Banyak kita jumpai pedagang yang menggelar daganganya diseputaran alun-alun kota dan disadari atau tidak itu sangat mengganggu keramahan lingkungan kota, padahal beberapa waktu yang lalu telah diresmikan pusat oleh-oleh khas kebumen di seputaran sekda, yang secara langsung mengarahkan bahwa para pedagang harus berjualan ditempat tersebut yang telah ditunjuk.
Namun pada kenyataannya masih banyak para pedagang yang berjualan diseputaran alun-alun kota, semua itu sangat mengganggu lingkungan bahkan terkadang jika malam minggu jalanan menjadi macet akibat banyaknya pedagang yang berjualan tidak pada tempat yang seharusnya.

Terkait hal itu siapa yang harus disalahkan, apakah pedagang yang terlalu banyak jumlahnya sehingga tempat yang ditunjuk tidak cukup untuk menampung para pedagang, ataukah dalam hal ini pemerintah kurang tepat dalam memberikan solusi terkait para pedagang yang berjualan di seputaran alun-alun kota.
Semua perlu kita kaji bersama untuk menentukan manakah yang terbaik untuk menjadikan pusat pemerintahan kota yang ramah lingkungan dan bebas dari kemacetan. Permasalah yang terjadi diseputaran alun-alun kota tidak hanya terkait pada pedagang liar, namun juga masalah yang berhubungan dengan drainase atau pembuatan saluran air, dapat kita lihat saat musim hujan tiba, jalan disekitar Tunggu lawet, pendopo Kebumen tergenang oleh air.
Apakah hal ini bisa dikatakan ramah lingkungan? mungkin kita perlu mengkaji ulang tentang keramahan lingkungan, jika setiap musim hujan lingkungan kita selalu banjir. tidak hanya di seputaran alun-alun saja yang kita perhatikan, Dimana saja banjir terjadi berhubungan dengan bagaimana saluran air dibuat terkait dengan pembuangan air yang berlebihan.
Saluran air yang baik harus kita rencanakan dengan baik saat membuatnya, entah itu panjang salurannya, bahan yang digunakan serta proses pembuatannya semua memerlukan penanganan khusus agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan banyak pihak.
Tentunya pembuatan saluran air ini tidak terlepas dari sampah-sampah yang sering kali menyumbat sehingga membuat mampet dan air tidak mengalir dengan lancar yang bisa menyababkan banjir, dari masalah air kita lanjut mengamati lalu lintas yang terjadi di kota kebumen.kita sering melihat bahkan mungkin mengalami pelanggaran lalu lintas yang banyak terjadi diruas jalan manapun, lagi-lagi banyak dari orang yang melakukan pelanggaran berpendapat bahwa mereka tergesa-gesa dengan suatu kepentingan tertentu.
Seandainya semua orang beralasan itu, apa jadi nya kota ini, semua berantakan tidak tertib lalu lintas semua hanya memikirkan kepentingan pribadi. Kapan tercipta lalu lintas yang ramah lingkungan? untuk hal ini memang kita sebagai warga masyarakat yang baik harus dan wajib mempunyai kesadaran hukum terkait lalu lintas, tidak asal menerobos lampu merah, tidak memakai helm dan tidak membawa surat-surat kendaraan secara lengkap.
Perlu kita kurangi dan kita hapus budaya tidak taat lalu lintas agar tercipta lalulintas yang ramah lingkungan aman dari kecelakaan. Agar ini terwujud perlu kita usahakan dengan berbagai cara yang antara lain perlu adanya sosialisasi dari polisi lalu lintas terkait bagaimana berlalu-lintas yang baik agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Perbaikan kembali  lalu-lintas yang bermasalah baik masalah yang menyangkut lampu maupun garis-garis marka dan simbol-simbol jalan yang ada. Semua itu harus kita lakukan bersama-sama agar tercipta lingkungan yang aman dan nyaman. Berlanjut kearah yang lebih tinggi yaitu daerah dataran tinggi atau sering kita sebut daerah gunung disini banyak kita jumpai tebing-tebing yang tinggi dan curam semua mempunyai manfaat tersendiri tapi satu yang menarik minat saya untuk membahasnya. Ketika saya melewati daerah karang sambung dengan jalanan yang sulit ditambah dengan badan jalan yang rusak lumayan parah makin memperburuk transportasi yang ada, keadaan demikian masih diperparah oleh adanya penambangan pasir yang terjadi dikanan kiri sungai lukulo.
Karena penambangan pasir ini masih bersifat liar dan tidak diimbangi dengan konserfasi secara bertahap dari para penambang. Sadar atau tidak semakin lama akan terjadi pendangkalan sungai yang menyebabkan banjir jika musim hujan tiba. Penambangan ini sebenarnya sangat menguntungkan berbagai pihak jika ditangani dengan bijak, tapi terkait dengan aturan-aturan yang harus para penambang penuhi jika melalui prosedur yang resmi terlalu rumit dan membutuhkan waktu lama, sedangkan para penambang yang rata-rata kalangan menengah kebawah tidak sempat bahkan tidak mau melakukannya.
Penambangan pasir jika kita kaitkan dengan masalah ekonomi memang sangat sulit untuk kita cari pemecahan masalahnya. Mungkin pemerintah perlu melakukan pembenahan ekonomi untuk masyarakat karang sambung agar tidak melakukan penambangan pasir secara liar lagi.
Agar ekosistem daerah karangsambung yang berupa dataran tinggi tidak rusak gara-gara penambangan pasir yang tidak diimbangi dengan konserfasi lingkungan sekitar sungai dan sudah tentu berdampak pada jalan yang sering digunakan menggangkut pasir oleh truk-truk bermuatan besar.[1]


[1] Pgmi 6a
Nomer absen 06.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Fatma Waty - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger